Lompat ke isi

Dilema landak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dilema Landak adalah sebuah analogi tentang hubungan antar manusia. Analogi ini dideskripsikan sebagai situasi di mana sekumpulan landak mencari kehangatan di musim dingin. Supaya mendapatkan kehangatan, landak-landak itu harus merapatkan diri satu sama lain. Tetapi karena landak memiliki banyak duri yang tajam, tidak mungkin bagi sekumpulan landak tersebut untuk saling menghangatkan diri tanpa melukai satu sama lainnya. Walaupun landak memiliki keinginan yang sama untuk saling menguntungkan, tetapi mereka terhambat oleh halangan yang tidak bisa mereka hindari. Dilema landak menunjukkan bahwa meskipun ada niat baik, hubungan antar manusia tidak dapat terjadi tanpa saling merugikan satu sama lain, sehingga yang terjadi dalam hubungan antar manusia adalah perilaku hati-hati dan hubungan yang lemah. Melalui dilema landak, dapat disimpulkan bahwa seharusnya seseorang bersikap seimbang dan tidak berlebihan dalam pergaulannya dengan sesama, karena di dalamnya terdapat kepentingan diri sendiri di samping rasa perhatian untuk orang lain. Melalui kesimpulan ini, sikap mementingkan dan mengasingkan diri dapat dibenarkan.

Baik Arthur Schopenhauer dan Sigmund Freud menggunakan analogi ini sebagai gambaran situasi yang dihadapi manusia ketika menjalin hubungan dengan sesamanya. Dilema landak menunjukkan bahwa meskipun ada niat baik, hubungan antar manusia tidak dapat terjadi tanpa saling merugikan satu sama lain, sehingga yang terjadi dalam hubungan antar manusia adalah perilaku hati-hati dan hubungan yang lemah. Melalui dilema landak, dapat disimpulkan bahwa seharusnya seseorang bersikap seimbang dan tidak berlebihan dalam pergaulannya dengan sesama, karena di dalamnya terdapat kepentingan diri sendiri di samping rasa perhatian untuk orang lain. Melalui kesimpulan ini, sikap mementingkan dan mengasingkan diri dapat dibenarkan.

Arthur Schopenhauer

[sunting | sunting sumber]
Arthur Schopenhauer (1855)

Konsep ini dicetuskan oleh filsuf Jerman, Arthur Schopenhauer, yang termuat dalam Parerga und Paralipomena, Volume II, Bab XXXI, bagian 396.[1] Dalam terjemahan Bahasa Inggrisnya, E. F. J. Payne menerjemahkan kata "stachelscweine" sebagai "porcupines" (landak). Perumpamaan Schopenhauer menggambarkan sekelompok landak yang perlu saling bersentuhan demi sebuah kehangatan, sambil berusaha menjaga jarak agar tidak saling melukai dengan duri-durinya. Landak-landak itu harus mengorbankan kebutuhan akan kehangatan demi kenyamanan. Schopenhauer menyimpulkan, bahwa jika seseorang memiliki cukup kehangatan dari dalam tubuhnya sendiri, dia bisa menghindari masyarakat, sehingga terhindar dari menerima atau memberi sebuah ketidaknyamanan psikologis, yang merupakan hasil dari interaksi sosial.

Sigmund Freud

[sunting | sunting sumber]

Dalam memasuki dunia psikologi setelah dilema landak ditelaah dan diadopsi oleh Sigmund Freud. Pemikiran Schopenhauer ini dikutip oleh Freud dalam sebuah catatan untuk esainya yang berjudul Group Psychology and the Analysis of the Ego pada tahun 1921. Freud menyatakan bahwa alasan kunjungan tunggalnya ke Amerika pada tahun 1919 adalah: "Saya pergi ke Amerika untuk melihat seekor landak liar dan untuk memberikan beberapa ceramah."[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "The Porcupine Illusion". Cabinetmagazine.org. Diakses tanggal 8 Agustus 2011.